Senin, 21 Oktober 2013

ANALISA KUNJUNGAN WISATAWAN KE WAKATOBI

Dalam hal ini analisa tentang kunjungan wisatawan ke wakatobiDilihat dari data yang telah tercatat banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Wakatobi,sehingga akan memberikan dampak langsung(direct efect) pertumbuhan ekonomi  di Kabupaten Wakatobi ,  dengan begitu maka Wakatobi sebagai tempat destinasi akan dikenal luas di seluruh dunia.  Selain Wisatawan mancanegara, Wisatawan Domestik juga banyak berkunjung ke Wakatobi sehingga dapat menghambat meningkatnya kunjungan atau kegiatan wisatawan domestic ke luar negeri(out going tourism).
Wisatawan yang makin banyak yang berkunjung ke Wakatobi secara teoritis akan meningkatkan penerimaan devisa Negara. Secara praktis masuknya devisa Negara melalui industry pariwisata melalui :
1.        Hasil penjualan tiket maskapai penerbangan nasional
2.        Biaya taksi dan bus wisata untuk transfer dari dank e airport maupun untuk ke tempat Wakatobi
3.        Sewa kamar hotel
4.        Pengeluaran wisatawan untuk makan dan minum
5.        Biaya transportasi local
6.        Pengeluaran untuk membeli barang-barang cinderamata serta barang-barang lainnya yang dibeli di sekitar kota Wakatobi

Hal penting lain yang perlu diperhatikan sebagai akibat kegiatan pariwisata bagi perekonomian di Wakatobi adalah timbulnya kontribusi atau sumbangan yang dihasilakan oleh wisatawan terhadap pendapatan penduduk setempat.
Pengeluaran wisatawan di daerah yang dikunjungi menimbulkan pendapatan dan produk serta jasa yang selanjutnya akan merangsang timbulnya pengeluaran dan pendapatan lanjutan.

Para wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi saat ini masih didominasi wisatawan dari negara-negara Eropa, seperti Inggris, Belanda, dan Swiss serta Amerika karena di Negara Eropa memiliki pendapatan yang tinggi maka akan semakin besar pula tingkat kecenderungan dan frekuensi perjalanan dari penduduk Negara Eropa tersebut. Satu wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi rata-rata antara dua dan tiga kali kunjungan.
Selain Negara Eropa, Australia dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik menjadi sasaran promosi pariwisata Wakatobi. Karena Negara tersebut yang memiliki pendapatan tinggi. Sehingga mendorong Negara Indonesia untuk mengarahkan kegiatan promosi yang besar pula untuk kemajuan Wakatobi.

Terdapat empat keadaan yang diakibatkan oleh kegiatan ekonomi. Akibat-akibat tersebut adalah:
1.        Pariwisata menurunkan defisit yang dialami Negara
2.        Pariwisata menurunkan surplus pembayaran Negara
3.        Pariwisata menambah jumlah surplus neraca pembayaran Negara

4.        Pariwisata menambah defisit yang dialami Negara.

Minggu, 20 Oktober 2013

ANALISA BREAK EVENT POINT

1.      Contoh kasus
Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan rencana produksi seperti berikut ini :
a.        Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :
biaya gaji pegawai + pemilik         = Rp.75,000,000
biaya penyusutan mobil kijang      = Rp. 1,500,000
biaya asuransi kesehatan               = Rp.15,000,000
biaya sewa gedung kantor                        = Rp.18,500,000
biaya sewa pabrik                          = Rp.30,000,000
b.       Biaya variable per unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
 biaya bahan baku                         = Rp.35,000
 biaya tenaga kerja langsung          = Rp.25,000
 biaya lain                                      = Rp.15,000
c.        Harga Jual per Unit Rp.95,000.
Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun  dalam rupiah :
BEP unit adalah
= Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)
= Rp.140juta / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.140juta / Rp.20,000
= 7,000 unit

BEP Rupiah adalah     

=  Total Fixed cost     X  harga jual/unit
         P/unit - VC
=  140.000.000         X 95.000
     95.000 - 75.000
= 140.000.000     X 95.000
         20.000
= 665.000.000

Penjelasan perhitungan BEP :
Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan Usaha Maju  harus dapat menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan harga Rp.95,000 unit, maka jumlah penjualannya akan menjadi Rp.665.000.000
Aplikasi BEP untuk penghitungan target laba.
Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, maka anda sebagai manager atau pemilik Usaha Maju Terus akan dapat menghitung berapa minimal penjualan untuk mendapatkan laba yang anda targetkan, yaitu dengan cara menambahkan laba yang ditargetkan tersebut dengan biaya tetap yang anda miliki.
Misalkan target laba anda sebulan adalah Rp.75 juta, maka minimal penjualan yang anda harus capai adalah sebagai berikut :
BEP – Laba     = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable/ unit)
= (Rp.140juta + Rp.75juta) / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.215juta / Rp.20,000
= 10,750 unit
Mari kita buktikan perhitungan tersebut diatas, apakah benar dengan menjual sebanyak 10,750 unit Usaha Maju Terus akan mendapatkan laba sebesar Rp.75,000,000.
A
Penjualan
Rp.1.021.250.000
B
Dikurangi:
1. biaya tetap
Rp. 140.000.000
2. biaya variabel (10.750xRp.75.000)
Rp. 806.250.000
Total biaya
Rp. 946250000
C
Laba/Rugi
Rp. 75.000.000

Sabtu, 19 Oktober 2013

PERHITUNGAN PENERIMAAN DEVISA DARI SEKTOR PARIWISATA

Perhitungan Penerimaan Devisa dari Sektor Pariwisata )

  1. Buatlah suatu rancangan penelitian penerimaan devisa dari sektor pariwisata negara/daerah tempat tinggal anda. Buatkan kerangka kerja penelitian anda yang memuat data-data apa saja yang diperlukan, dimana memperolehnya, tahapan dalam proses analisisnya serta hal-hal lain yang menurut pendapat anda bisa dimasukan kedalam kerangka kerja tersebut ?
 Jawab :

KERANGKA KERJA PENELITIAN PENERIMAAN DEVISA SEKTOR PARIWISATA DI PROVINSI BANTEN
 1.   Sumber Informasi
                                       a.      Badan-badan Pusat Statistik
Data-data yang terkait dengan jumlah wisatawan di tahun yang akan diteliti akan saya dapatkan dengan mencarinya melalui Badan pusat statistic provinsi Banten khususnya untuk sector pariwisata. Berikut contoh Jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang menurut badan pusat statistic provinsi Banten.

Tabel 2.  Jumlah Tamu Asing dan Domestik yang Menginap di Hotel Banten
(Number of Domestic, Foreign Guest of Hotel in Banten)

Tahun/ Year
 Tamu Hotel/ Guest (Person)
Domestik/ Domestic
Asing/ Foreign
1999
314 207
47 645
2000
415 734
54 455
2001
425 321
58 765
2002
495 543
45 585
2003
930 943
51 803
2004
     873 295
       86 438
2005
876 528
140 276
2006
876 424
139 976
2007
880 148
140 612
2008
939 971
138 730
2009
49 967
1 099 241
2010
54 853
1 095 999
 
Sumber : BPS Provinsi Banten,
2.    Metode Penelitian
a.                                                 Metode Perkiraan
Saya akan menggunakan metode ini dalam melakukan penelitian. Yaitu dengan cara melakukan perkiraan yang berdasarkan dari corak dan tingkat perekonomian kelompok yang melakukan perjalanan wisata. Misalnya pengusaha, karyawan biasa, pelajar, pensiunan dan public figure. Kemudian dengan mempertimbangkan factor kebangsaan dari wisatawan yang datang.
 3.  Hal-hal yang diketahui dalam memperkirakan penerimaan devisa
                          a.    Jumlah wisatawan
    Wisatawan yang diketahui yaitu wisatawan asing dan wisatawan domestic.
                          b.     Rata-rata lama tinggal wisatawan
    Yaitu dengan mengetahui tingkat rata-rata lamanya seluruh wisatawan berada     disuatu daerah atau Negara tujuan wisatawan.
c.    Rata-rata pengeluaran wisatawan per hari
   Dengan membedakan rata-rata pengeluaran dari wisatawan asing dan wisatawan domestic per harinya.
      d.      Pendapatan Regional
     Mencari tahu berapa pendapatan regional (provinsi Banten) dalam tahun yang ditentukan.
      e.       Nilai Tambah
  Mengetahui besarnya penambahan nilai suatu produk atau jasa karena mempergunakan bahan baku berbentuk barang atau jasa yang berasal dari tempat yang sama dalam hal ini yaitu di provinsi Banten.
4.Intensitas Pariwisata
Yaitu besarnya kepadatan wisatawan per malam wisatanya dibanding jumlah penduduk yang terdapat di suatu daerah (provinsi Banten). Untuk menghitungnya dengan rumus :

TI
=
((Nf x Lf) + (Nd x Ld)) x100%
                  P


Setelah memperoleh beberapa data diatas, maka langkah selanjutnya yaitu dengan menghitung Penerimaan devisa dari sector pariwisata di Provinsi Banten yaitu dengan rumus :

Y
=
(Nd x Ld x ed)
+
(Nf x Lf xef)



Dan yang terakhir dengan menghitung berapa kontribusi sector pariwisata terhadap pendapatan regional provinsi Banten. Adapun rumusnya :

CT
=
Y x Va x 100%
         NY

5. Propinsi Kopo memiliki jumlah penduduk 8.310.000 jiwa. Pada tahun 1993, jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi provinsi ini tercatat sebanyak 678.542 orang. Sedangkan wisatawan nusantara yang datang melakukan kegiatan wisata di kawasan ini berjumlah 1.134.860 orang wisatawan. Menurut kantor pariwisata Kopo kecenderungan kegiatan pariwisata di daerah ini adalah sebagai berikut :

a.   Pengeluaran rata-rata wisatawan mancanegara per hari adalah 75 US$, sedang wisatawan nusantara memiliki pengeluaran rata-rata per harinya sebesar  Rp.25.000
b.      Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 10 hari sedangkan wisatawan nusantara 5 hari.
c.       Nilai tambah Provinsi Kopo diketahui besarnya 45%
d.      Pendapatan regional provinsi ini diketahui sebesar Rp.1.625.000.000.000,00
e.       Pada tahun 1993 1 US $ sebanding dengan Rp.2.500,-

Anda diminta untuk :

1.      Menghitung dan memberikan analisis atas intensitas pariwisata provinsi Kopo.
Jawab :
TI
=
((Nf x Lf) + (Nd x Ld)) x 100%
                  P

                                                      = ((678.542x10)+(1.134.860x5))/8.310.000x100%
                                                      = (12.459.720/8.310.000)x100%
                                                      = 150


2.   Menghitug besarnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan sektor pariwisata di provinsi Kopo.
Jawab :
Y
=
(Nd x Ld x ed)
+
(Nf x Lf x ef)

                                 =   ( 1.134.860 x 5 x 25.000 ) + ( 678.542 x 10 x 187.500 )
                                 =  141.857.500.000  +  1.272.266.250.000
                                 = Rp 1.414.123.750.000 

3.      Menghitung besarnya sumbangan yang diberikan oleh sektor pariwisata terhadap pendapatan regional provinsi ini.
Jawab :
CT
=
Y x Va x 100%
         NY

                             =  ( 1.414.123.750.000 x 45 %)/1.625.000.000.000 x 100%
                             = 39 %

4.      Buatkan analisis mengenai kondisi kegaitan pariwisata di provinsi Kopo ditinjau dari sumbangan kegiatan sektor pariwisata.
Jawab :
      Berdasarkan besarnya sumbangan dari sector pariwisata diprovinsi KOPO didapatkan hasil sebesar 39%. Ada pun jika dibandingkan pendapatan regional sebesar Rp. 1.625.000.000.000,- maka didapatkan hasil sebesar Rp. 633.750.000.000,-
     
      Jumlah dari Rp. 633.750.000.000,- atau 39% dari pendapatan regional merupakan sumbangan kegiatan sector pariwisata di propinsi KOPO tahun 1993. Dan ini merupakan angka yang cukup besar di tahun 1993 serta kemungkinan akan lebih besar di tahun berikutnya.


Sabtu, 14 September 2013

KECENDERUNGAN PERJALANAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN





 Terdapat 2 (dua) buah Negara bertetangga yang pertama adalah Negara Astina dan Negara Amarta. Negara Astina memiliki jumlah penduduk 14.500.000 jiwa sedangkan Negara Amarta memiliki jumlah penduduk 9.700.000 jiwa. Penduduk Negara Astina yang melakukan perjalanan wisata minimal 1 (satu) kali berjumlah 1.150.000 orang; penduduk yang melakukan perjalanan wisata 2 (dua) kali berjumlah 475.000 orang; penduduk yang melakukan perjalanan wisata 3 (tiga) kali berjumlah 185.000. Penduduk Amarta yang melakukan perjalanan wisata minimal 1 (satu) kali berjumlah 675.000 orang; penduduk yang melakukan perjalanan wisata 2 (dua) kali berjumlah 355.000 orang; penduduk yang melakukan perjalanan wisata 3 (tiga) kali berjumlah 193.000. Adapun yang harus anda analisis adalah negara mana yang menurut anda paling besar kemampuan sebagai negara asal wisatawan, sebutkan alasan-alasan anda dalam menarik kesimpulan yang telah anda berikan ?  



Negara Astina
P= 14.500.000
Number of Tourist (N)
(orang)
Frequency (F)
Trip (T)
(perjalanan)
1.150.000
1 kali
1.150.000
475.000
2 kali
950.000
185.000
3 kali
555.000
1.810.000

2.655.000






         

A.   Berdasarkan Perhitungan Kecenderungan Perjalanan Bersih :

NTP = N  X 100%
            P
        =  1.810.000 X 100%
           14.500.000

        = 12,48%

B.   Berdasarkan Perhitungan Kecenderungan Perjalanan Kotor :

GTP = T X 100%
           P
=  2.655.000 X 100%
   14.500.000

=  18,37%

C.   Frekuensi Perjalanan :

TF =    GTP
            NTP
18,31%
   12,48%

= 1,46 Kali = 1 Kali

         


Negara Amarta
Populasi : 9.700.000
Number of Tourist ( N )
Orang
Frequency ( F )
Trip ( T )
Perjalanan
657.000
1 kali
675.000
355.000
2 kali
710.000
193.000
3 kali
579.000
1.223.000

1.964.000

A.   Berdasarkan Perhitungan Kecenderungan Perjalanan Bersih :

NTP = N X 100%
            P
=  1.223.000 X 100%
     9.700.000

=  12,60 %

B.   Berdasarkan Perhitungan Kecenderungan Perjalanan Kotor :

GTP = T X 100%
            P
=  1.964.000 X 100%
     9.700.000

= 20,24%

C.   Frekuensi Perjalanan :

TF = GTP
         NTP
  20,24%
     12,60%

= 1,60 Kali = 2 kali

     Negara yang memiliki potensi besar untuk menjadi negara asal wisatawan bila dilihat dari kalkulasinya adalah Negara Amarta karena Travel Frequency negara tersebut sebanyak 2 kali. Akan tetapi, bila dilihat dari jumlah penduduk dari Negara Astina dan Negara Amarta yang selisih lumayan jauh, maka Negara Astina walaupun Travel frequency’nya hanya 1 kali, akan tetapi cukup berpotensi untuk menjadi negara asal wisatawan yang bisa menjadi sasaran promosi selain dari Negara Amarta.

 Sifat sifat kecenderurangan perjalanan


·         Bila pendapatan bertambah, maka persentase yang digunakan untuk keperluan pangan akan menjadi lebih kecil.

·         Bila pendapatan bertambah, maka persentase yang digunakan untuk keperluan sandang akan tetap sama.

·         Bila pendapatan bertambah, maka persentase yang digunakan untuk keperluan bahan bakar, penerangan, air dan penyewaan fasilitas hidup adalah tetap sama.

·         Bila pendapatan bertambah, maka persentase yang digunakan untuk keperluan aneka warna, seperti : rekreasi, pendidikan dan lainnya akan menjadi lebih besar.


Kecenderungan Perjalanan yang Tinggi disebabkan oleh :
     Pendapatan penduduk yang besar.
     Tingkat profesionalisme masyarakat (Wiraswasta, Direktur, Karyawan tingkat tinggi, dll).
     Penduduk kota kota besar.
     Kelompok usia antara 20 - 45 tahun.
   Kelompok keluarga kecil dan keluarga-keluarga yang memiliki anak - anak usia       sekolah.
    Tingkat pendidikan penduduk yang tinggi.

Kecenderungan Perjalanan yang rendah disebabkan oleh :
        Pendapatan penduduk yang kecil.
        Pekerjaan penduduk seperti petani, buruh dan pensiunan.
        Anak-anak kecil dan orang orang diatas 75 tahun.
        Para penghuni desa yang penduduknya kurang dari 2.000 orang.
        Anggota keluarga besar ( >5 orang).



Kondisi Elastis



Seseorang yang melakukan perjalanan wisata dengan dibayarkan oleh perusahaan tempat orang tersebut bekerja untuk keperluan bisnis. Pengusaha yang melakukan perjalanan bisnis yang diutus oleh perusahaannya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk keperluan lain karena biaya sudah ditanggung oleh perusahaan yang mengirimkannya.

Kondisi Elastis Murni
Kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan harga bahan bakar minyak dapat mempengaruhi semua harga produk, termasuk produk pariwisata. Karena dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, harga pangan dan harga bahan bakar untuk transportasi juga akan meningkat.

Kondisi Tidak Elastis
Seorang wisatawan yang melakukan perjalanannya atas biaya sendiri, sehingga apabila ada kenaikan harga, maka wisatawan tersebut akan mencari alternatif lain yang sesuai dengan biaya yang dimilikinya. Misalnya saja terdapat wisatawan yang akan melakukan perjalanan dengan biaya sendiri, sehingga perjalanan wisata yang akan dilakukan sangat tergantung dengan rencana dan biaya yang sudah direncakan / telah disusun ditempat asalnya. Dan pada saat tiba ditempat tujuan, apabila terdapat perubahan harga ( Hotel, Restaurant dan lain-lain) maka wisatawan tersebut akan mencari hotel, restaurant lain yang lebih sesuai dengan biaya yang dimilikinya. Bahkan jika terjadi peningkatan harga dari produk pariwisata, maka wisatawan bias menunda bahkan mengurungkan niatnya untuk melakukan kegiatan wisata.